Selasa, 15 November 2016

Membuat Novel (Mengatur Indentasi Paragraf)

*STORY OF MY LIVE*

Bagian 1 : Kelas 5C

Saat Saya kelas 5 SD… ada seorang cowok… yang “katanya”,, suka sama Saya. Dan Saya itu gak ngerasa (gak peka:v) kalau ada cowok yang suka sama Saya.

Bukan apa-apa, pas Saya kelas 5 SD itu ya…pikiran Saya  masih polos-polos gitu dah. Saya juga cuek aja gitu. Saya juga tau kalau ada cowok yang suka sama Saya  karena, dikasih tau sama teman semeja Saya. Dan parahnya lagi ternyata dia temen sekelas Saya yaitu, 5C.

Dia itu juga termasuk cowok yang pintar di kelas Saya. Karena, dia kadang-kadang ranking satu di kelas Saya. Pada saat Saya tau kalau.. ada cowok yang suka sama Saya dan dia juga pintar serta teman sekelas Saya.. rasanya tuh kayak gimana gitu:v?!.

Ternyata dia juga temen ngaji Saya. Dan dia juga jago menghafal. Makanya kadang-kadang dia itu rangking satu di kelas Saya. Setiap tahun sekolah Saya selalu mengadakan pentas seni kenaikan kelas. Kelas 5C ini teman-teman Saya berinisiatif menampilkan modern dance di pentas seni itu.

Gak tau kenapa Saya pengen ikut-ikutan aja. Akhirnya Saya bergabung sama tim dance itu (anggap saja sebagai sekelompok anggota dance). Tim dance itu beranggotakan sekitar 16 orang. Ternyata cowok yang “katanya” suka sama Saya, bergabung ke tim dance itu.

Pada akhirnya kami mencari guru buat ngajarin dance ke kami. Dan akhirnya kami menemukan seorang guru dance perempuan buat ngajarin dance ke kami. Kami memanggil guru dance kami dengan sebutan “Bunda”.

Beberapa hari setelah kami menemukan guru dance yaitu Bunda , kami berencana ke rumah Bunda untuk menentukan lagu buat dance nya. Saat itu kami belum tau rumah Bunda, tapi hanya beberapa yang tau. Akhirnya kami berkumpul di SD kami. Ngomong-ngomong, perkenalkan nama SD Saya yaitu, Jati Bening Baru V. Biasanya SD Saya di panggil dengan sebutan JABALI

Oke kembali lagi ke laptop. Saya berangkat dari rumah pukul 09.00 pagi, (saat itu hari Minggu). Dan waktu tempuh ke sekolah hanya sekitar sepuluh menit. Saya ke sana menggunakan sepeda. Pertama,, Saya nyamper ke temen Saya, kebetulan dia tetangga Saya.

Dan sampai di tengah perjalanan, Saya sama temen Saya tadi, nyamper cowok yang “katanya” suka sama Saya itu. Akhirnya kami melanjutkan perjalanan dan sampailah kami di sekolah. Saat Saya dan temen Saya yang tadi sampai di sekolah, ternyata masih sedikit yang udah ada di sekolah.

Setelah sepuluh menit menunggu, akhirnya udah lengkap semua dan kami melanjutkan perjalanan dan sampailah kami di rumah Bunda. Ternyata Bunda melihara kucing. Di rumah Bunda itu ada anak kucing sekitar lima ekor. Bunda termasuk pecinta kucing.

Saya juga termasuk orang suka sama kucing. Jadi, Saya senang belajar dance di sana. Rumah Bunda juga gak jauh dari SD Saya. Setelah melihat-lihat kucing peliharaan Bunda. Kami semua duduk di teras rumah dan mendengarkan lagu-lagu yang cocok buat dance kami nanti.

Karena hari sudah menjelang sore, akhirnya kami di suruh oleh Bunda untuk pulang ke rumah masing-masing. Setelah itu kami naik kendaraan yang tadi kami bawa (sebenarnya semuanya  membawa sepeda masing-masing) dan langsung berangkat untuk pulang ke rumah. Kami semua pisah jalan di SD kami dan Saya pulang ke rumah bareng sama tetangga Saya yang tadi dan cowok yang “katanya” suka sama Saya itu.

Setelah beberapa menit lama nya mengayuh sepeda, dan akhirnya sampailah Saya di rumah Saya (yang sebenernya rumah orang tua Saya) : rumah yang lebarnya gak selebar Istana Negara:v. Jam dinding rumah Saya menunjukkan pukul 14.00 dan Saya langsung beranjak ke tempat tidur dan…Saya langsung tidur siang. Sebelumnya Saya sudah sholat zuhur di rumah Bunda.

“De bangun De…”,(bukan berarti nama saya Denada). Yang tiba-tiba, terdengar suara Mama Saya yang berusaha membangunkan Saya dari mimpi. “Udah jam lima sore, cepat sana sholat asar”. Setelah Saya buka mata, Saya langsung beranjak ke kamar mandi dan berwudhu. Dan Saya langsung melaksanakan sholat asar. Sesudah sholat asar Saya langsung mengerjakan PR Saya, buat besok Senin.

Seminggu kemudian, Saya dan teman tim dance Saya ke rumah Bunda. Kali ini untuk latihan gerakan dance nya. Kami berlatih dengan penuh semangat. Setelah seminggu berlatih, kami di suruh Bunda untuk menabung. Uang tabungannya nanti untuk di belikan baju yang seragam buat dance nya nanti. Sudah dua minggu kami berlatih, dan uang tabungannya sudah cukup untuk di belikan baju buat dance nya.

Beberapa hari kemudian Bunda langsung membelikan baju buat dance nya. Tiba-tiba ada temen Saya dateng  ke rumah Saya, mereka bertiga (dua orang cowok dan satu orang cewek, salah satu cowoknya yaitu tetangga Saya tadi). Katanya mereka pengen ngikutin Bunda yang lagi beliin baju buat tim dance kami. Mereka ngajakin Saya untuk ngikutin Bunda. Akhirnya Saya minta izin ke Mama Saya dan Saya di bolehkan untuk pergi ikut mereka.

Kami ke sana naik kendaraan umum (angkot), dan sampailah kami di sana. Kami berempat seperti mata-mata, karena kami ngendap-ngendap merhatiin Bunda sama anak angkat Bunda yaitu kak Irma yang lagi milih-milih baju buat tim dance kami. Sudah beberapa menit kami ngendap-ngendap dan ternyata Bunda melihat kami berempat sedang mengintip Bunda yang lagi melihat-lihat baju. Dan…ketahuanlah kami berempat.

Akhirmya Bunda menyuruh kami untuk menghampiri Bunda, dan kami di suruh untuk berbendapat mengenai baju pilihan Bunda untuk tim dance kami. Dan kami setuju dengan baju pilihan Bunda, baju nya ada tulisan yaitu,”Warior“. Kami sangat senang dengan baju itu.

Baju nya ada empat warna yaitu, warna merah, kuning, hijau, dan biru. Setelah kami selesai membeli baju nya. Kami di ajak Bunda untuk makan bersama di restoran D’***t. Awalnya kami malu-malu karena ketahuan kami berempat ngikutin Bunda, tapi Bunda maklumin dan memaafkan kami berempat. Setelah kami makan bersama, kami semua ingin pulang.

Bunda mengajak kami untuk pulang bareng, tetapi kalau semua ikut pulang bareng sama Bunda gak bisa, karena mobil Bunda gak muat banyak orang. Jadi yang cowok pulang nya naik kendaraan umum (angkot) dan yang cewek ikut sama Bunda naik mobil. Yang cowok di kasih ongkos sama Bunda untuk pulang.

Sudah empat minggu kami berlatih dance dan sudah lumayan bagus gerakan dance nya. Saat ini hari Minggu, ini adalah latihan dance terakhir kami di rumah Bunda. Karena, beberapa hari setelah ini kami akan mengadakan gladiresik di SD kami. Kami terus memperbaiki kekurangan kami.

Hari gladiresik pun tiba. Saat itu kami semua merasa deg-degan, termasuk Saya. Setelah beberapa menit kami nunggu, akhirnya kami semua tampil. Dan Alhamdulillah semuanya lancar. Besoknya kami semua akan tampil. Hari esok tiba, dan saatnya giliran kami menampilkan pentas seni. Awalnya kami semua deg-degan tapi setelah kami maju ke depan panggung dan tampil, kami semua merasa enjoy dan Alhamdulillah berjalan dengan lancar.

Yang Saya pelajari dari kejadian kelas 5C ini adalah menjadikan saya lebih mandiri dan membuat saya sedikit percaya diri. Kami semua juga naik kelas dengan nilai yang memuaskan. Saya masuk kelas 6B.
~~~
Bagian 2 : Perjalanan

 Ngomong-ngomong kenalkan nama Saya Perani Maspupah dan Saya punya kembaran (perempuan). Hobi Saya menggambar, cita-cita Saya pengen jadi dokter (untuk sekarang ini), minat saya pengen jadi arsitek (iya..emang kagak nyambung). Keseharian Saya saat ini menjadi pelajar. Di kelas 6B ini Saya sekelas dengan kembaran Saya, namanya Perina Ruvi’ah. Dan kami memutuskan untuk duduk semeja. Kelas 6 ini Saya dan kembaran Saya les di wali kelas Perina pas kelas 5. Kami les untuk mendapatkan hasil belajar yang bagus dan untuk mempersiapkan UN nanti. Hari begitu cepat.

Gak kerasa di kelas 6 ini udah semester 2. Nggak di sekolah maupun di tempat les Saya selalu mengikuti Try Out untuk berlatih menghadapi UN nanti. Setelah mengikuti Try Out di sekolah maupun di les hasilnya tidak begitu memuaskan bagi Saya. Saya sedikit merasa khawatir dengan hasil-hasil Try Out Saya. Mulai saat itu juga Saya lebih intensif belajarnya dan setiap Saya selesai sholat wajib Saya selalu berdoa supaya hasil UN nanti memuaskan dan bisa masuk SMP yang saya inginkan.

Dan ternyata keja keras Saya gak sia-sia, Alhamdulillah saya mendapatkan nem yang memuaskan. Ternyata nem Saya dengan kembaran Saya sama. Mungkin otak kami pemikirannya sama. Biasanya setelah kelas 6 melaksanakan UN  pasti setelah nya mengadakan perpisahan kelas, entah jalan-jalan ataupun merayakannya di sekolah, ternyata angkatan Saya merayakannya hanya di sekolah saja. Tapi saat itu merayakannya pada malam hari. Kami merayakannya di sekolah karena kesepakatan para orangtua murid. Meskipun hanya di sekolah, tapi kami semua melaksanakannya dengan khidmat.

Saya dan kembaran Saya memutuskan untuk sekolah di SMPN 17 BEKASI. Kami  memutuskan untuk sekolah disana Karena deket dari rumah dan SMPN 17 juga sekolah Negeri. Semua murid baru di SMPN 17 itu di tes untuk nentuin akan masuk di kelas 7 berapa. Saya dan kembaran Saya masuk ke kelas 71. Alhamdulillah katanya kelas 71 itu kelas unggulan kami berdua bersyukur masuk ke kelas 71. Di kelas 71 itu murid-murid nya seru-seru Saya jadi merasa senang berada di kelas itu. Kelas 7 ini Saya gak duduk semeja sama kembaran saya. Awalnya sih kami duduk semeja saat pertama kali masuk kelas 71, tapi karena kami kembar, di pisah deh sama wali kelas kami. Di kelas 71 juga ada murid yang pendiem dan juga ada yang aktif. Saya termasuk orang yang pendiem di kelas itu. Saat itu kelas 71 angkatan Saya memberikan nama panggilan ke kelas 71 dengan sebutan “PANJI”(Pasukan Tujuh Hiji). Memang seperti nama orang, tapi di situlah keunikannya.

Di SMPN 17, dari kelas 7,8,9 ada kegiatan setiap tahunnya yaitu, perkemahan kelas 7, outing class kelas 8, dan perpisahan kelas 9 biasanya kelas 9 itu selalu menginap. Saat Saya di  kelas 7 itu  perkemahannya di daerah Jonggol. Itu pengalaman ketiga Saya dalam kegiatan perkemahan. Kegiatan perkemahan di Jonggol itu pengalaman yang gak akan Saya lupakan saat Saya duduk di kelas 7.

Seperti yang Saya bilang tadi, hari begitu cepat berlalu, gak kerasa Saya udah kelas 8 aja. Alhamdulillah, Saya dan kembaran Saya masuk kelas 81. Tiga puluh siswa dari kelas 71, termasuk Saya dan kembaran Saya masuk ke kelas 81. Tapi, dua belas siswa lainnya tersebar ke kelas yang lain. Di kelas 81 ini juga murid-murid nya gak kalah seru sama kelas 71. Di kelas 81 juga murid-murid nya kompak semua.

Itulah perjalanan hidup Saya mulai dari kelas 5 SD sampai Saya kelas 2 SMP. Mungkin perjalanan hidup Saya bisa menginspirasi kalian semua. Thanks For All. Ngomong-ngomong umur saya saat ini 13 tahun. Ngomongin tentang cowok yang “katanya” suka sama Saya tadi itu, ya… dia suka sama Saya : lebih tepatnya kagum karena, dulu sebelum Saya pakai kerudung rambut Saya itu lurus dan panjang dan Saya juga pintar (kata cowok tersebut).

Oke… satu hal lagi... Saya ingin menyampaikan sesuatu yaitu, Hidup adalah berkah dan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa, kita sebagai manusia yaitu, makhluk paling sempurna harus bersyukur dan selalu berfikir positif serta nikmatilah dan jalanilah Hidup kita tersebut.
~~~

Selasa, 01 November 2016

Menulis Novel : HURT (Mengatur Indentasi Paragraf)

“HURT”
Nama : Perani Maspupah
            Tidur Nabila dibangungkan oleh kegaduhan tetes demi tetes bising air hujan yang meronta ganas diatap kamar.itu artinya, Nabila harus segera bangun dari peristirahatan delapan jam nya. Ia mencoba menggerakkan tubuhnya yang diselimuti hawa dingin. "hoaammm”


Direntangkan kedua tangannya dan ditaruh kedua telapak kaki diatas lantai. Nabila melangkahkan kakinya menuju jendela kamar. Sebenarnya, ingin sekali membuka jendela kamarnya, tapi ia urungkan, karena takut hawa dingin akan menguasai kamarnya. 

Matanya mulai terfokus pada sebuah pohon tinggi dan rindang. Ya, menikmati drama hujan pagi ini.

Nabila mengangkat sedikit kepala dan mulai terhanyut oleh drama hujan secara audio visual. Senyumnya mengembang sebagai rasa syukur bahwa Tuhan masih memberikan keindahan ini. 

          “pagi yang indah,”lirihnya sambil tersenyum.

Nabila adalah nama yang diberikan oleh orang tuanya ia anak satu satunya. Mungkin, itulah yang membentuk karakternya menjadi anak manja. Namun, kemanjaannya itu tidak pernah ia perlihatkan didepan ibunya yang berkerja keras sendiri untuk memenuhi kebutuhannya. Alasannya, karena tak ingin merepotkan ibunya.

Sifat asli  manjanya sendiri bisa terlihat dari bagaimana caranya berbicara. Suaranya terdengar lembut manja. Raut wajahnya seperti memelas saat berbicara. Ditambah gerakan lemah lembut tubuhnya. Menggemaskan.

Nabila tak perlu menjadi gadis cantik yang sudah mainstream. Ia sudah sangat percaya diri dengan rambut panjang terurai, kulit berwarna kuning langsat, bibir tipis, mata yang sayu, dan tinggi badan yang tidak lebih dari 165 cm. Hujan perlahan membawanya kedalam ingtan yang indah. terlintas sosok wajah seorang pria yang akhir akhir ini kerap muncul dalam mimipinya. Khas yang tergambar pada pria ini adalah alis nya yang tebal dan rona merah dibibirnya. Kulitnya bersih dan perawakannya tinggi tegap sehingga menambah kesempurnaan dirinya. 

Nama : Arief Firmansyah
            Sayang sekali nabila belum mengetahui nama dari pria itu. Cuma sekilas saja ia temui. Ya, tepat satu minggu yang lalu. Saat upacara bendera berlangsung. Ketika itu, nabila berada pada barisan paling depan, memerhatikan murid murid depan yang berdiri dibelakang tiang bendera. Murid murid itu berdiri disana karena tidak memakai atribut lengkap dan telat masuk.

Diantara murid murid yang sedang berdiri disana, nabila memerhatikan seorang pria berwajah manis tak mengenakan topi sekolah pria itu sangat asing bagi nabila, kala itu. Aneh. Semakin dalam menatap, semakin bergetar hatinya. Ia tak tahu apa yang ia rasa. Sejak saat itu, wajah dan perawakan pria itu selalu menempel didalam pikirannya. Hingga kedalam mimpi. Berkali kali. 

Cukup lama ia melamun sosok pria yang sering melanda pikirannya. Setelah itu, ia segera mengarahkan pandangan kearah jam dinding kamar. Tidak terasa sudah pukul setengah 7 pagi. Saatnya ia bergegas menyiapkan diri berangkat ke sekolah.

Dengan siaga, nabila pergi menuju pintu kamar untuk mengambil handuk yang tergantung dibelakang pintu kamar. Dituruni tangga rumah satu persatu. Kamar mandi terletak tak jauh dari dapur. Untuk mencapainya, ia harus melewati dapur. 

            Seperti biasa, didapur, nabila selalu melihat ibunya membuat Sarapan.wajah ibunya tak jauh dengan wajahnya.potongan rambutnya pendek sehingga membuatnya terlihat lebih muda.hari ini,ia mengenakan dress warna ungu dengan paduan lipstik merah darah di bibirnya.

“Pagi, Ma! Buat nasi goreng sosis mentega kesukaan ku, ya?” sapa Nabila sambil menggandeng tangan kiri ibunya.

“Pagi putri kecil. Kalo malam hari menjelma menjadi seorang putri. Tapi, pagi hari nya berubah menjadi singa,” sambut ibunya dengan candaan.

Ih, mama gitu, ah.” Raut wajah nabila cemberut manja. “Udah sana, kamu mandi dulu! Nanti telat lagi.”

            “Iya,” jawab nabila sambil melangkahkan kaki menuju kamar mandi.

Nama : An Nabilla NurJannah
           Nabila hidup berdua dengan ibunya, tanpa ada sosok pria kuat yang jadi pelindung keluarga. Ayahnya, Zainal, sudah tiada. Ia mengalami kecelakaan ketika pulang dari kantor. Usia nabila kurang dari satu tahun ketika itu. Ironis.

Dari kecil hingga besar, ibunya lah yang membiayai semua kebutuhan keluarga. Semuanya dia berikan untuk nabila, tanpa terkecuali. Nabila tidak tau berapa puluh yang telah keluar dari setiap pori-pori kulit ibunya.
                                                                      ~~~~~

Nabila sudah rapi mengenakan seragam putih abu abu. Tas sekolah yang telah kenyang menelan buku buku tebal, sudah tergantung di punggung nya. Plus, telapak kakinya telah dibalut oleh kaus kaki putih dan sepatu kets berwarna hitam.

Satu hal yang tidak boleh terlewati dari rutinitas pagi itu adalah sarapan pagi buatan ibunya. Nabila pun menuju ruang makan dan mendaratkan tubuhnya di kursi meja makan. Ibunya sudah ada di sana dan percakapan kecil saat memulai sarapan.

 “Gimana nasi goreng nya? Enak? Sama seperti biasanya, kan? Mama baru ingat kalau tadi, mama lupa kasih garam,” kata ibunya sambil menyuap nasi goreng ke mulutnya.

“Enak kok, Ma. Mau kurang garam, kurang gula, kalau mama yang masak, pasti enak.” “ya udah, buruan makannya! Nanti kamu telat, loh.” kata ibunya yang sudah selesai makan. 

“Siap, Ma,” kata Nabila dengan mulut yang masih terjejal nasi goreng.

“Bil, kalau memang mama masih diberikan kekuatan untuk menggerakan kedua tangan ini, setiap hari mama akan selalu buatin nasi goreng kesukaan mu .”

“Makasih ya, Ma.” Tangan Nabila menjamah dan meremas manja jemari ibunya. “Iya, asal kamu nggak bosen aja makan nasi goreng setiap pagi.” 

“Iya sih. Tapi nggak setiap hari juga dong, Ma. Sesempatnya mama aja!” Nabila menyuap satu sendok terakhir nasi goreng nya.”

Selesai sarapan, Nabila melangkah cepat keluar rumah, menyusul ibunya yang sudah menghidupkan mesin mobil. Ibu Nabila sudah mempersiapkan barang barang nya untuk persiapan menjaga toko nanti.

Nama : Fiana Putri
Di dalam mobil, Nabila menyandarkan kepalanya ke jendela mobil. Lalu, melepaskan pandangannya ke luar jendela yang di basahi oleh bulir-bulir air hujan. Drama hujan masih belum berakhir ia ingin menikmatinya kembali. Seketika, datangnya sesuatu yang indah mengetuk pintu otaknya dan memaksa untuk masuk.

Ya, bayangan pria yang Nabila pikirkan beberapa saat lalu, kini terlintas kembali. Wajah, mata, bibir, alis dan rambutnya terus memenuhi pikiran Nabila.

“Bil... Bila...” terdengar suara ibunya memanggil karena melihat dirinya tersenyum sendiri. 

Nabila sontak tersadar. “Ha. Iya, ma?” 

“Kamu kenapa, bil? Kok senyum-senyum nggak jelas gitu? Ati-ati lo, jangan suka ngelamun pagi-pagi. Nanti, kamu nggak dapet jodoh.”

“Ih siapa yang lagi ngelamun sih, Ma.” Nabila mencoba mengalihkan pembicaraan. Ibunya hanya membalas dengan gelengan kepala dan senyuman kecil. Beberapa menit kemudian, laju mesinnya berhenti.

“Udah sampai. Yuk anak mama sekolah dulu!” kata ibunya dengan wajah tersenyum. “Siap, ma Nabila sekolah dulu yah!”

Nabila keluar dari mobil. Lalu, menutup pintu mobil. Ibunya mengeluarkan sedikit kepala dari jendela mobil.

“ Belajar yang bener ya, sayang!” kata ibunya sambil melambaikan tangannya ke arah Nabila. “Iya, hati hati, Ma! Dadah!” sahut Nabila sambil membalas lambaian tangan ibunya.

Mobil putih ibunya perlahan telah beranjak menjauhi tempat pijakan Nabila dan lenyap di tikungan jalan. Di sekitar sekolah pun sudah tidak di jatuhi oleh rintikan hujan. Udara dingin merasuk ke seluruh pori pori kulit Nabila saat melangkah ke gerbang sekolah SMA Pertiwi.
                                                                           ~~~~~